Minggu, 09 Desember 2012 |
1 komentar
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum
merupakan suatu alat yang dipakai untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing masing satuan
pendidikan. Sejalan dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa
pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila dan undang Undang Dasar 1945.[1]
Seharusnya, pengembangan kurikulum
itu dilakukan oleh sekolah atau lembaga pendidikan tersebut, yang lebih
mengerti dan paham kurikulum seperti apa yang lebih dibutuhkan. Pengalaman
selama setengah abad negeri ini mengelola sendiri sistem pendidikannya
menunjukkan, setiap kali muncul pembicaraan yang mengarah pada upaya perbaikan
sistem pendidikan nasional selalu yang menjadi titik berat perhatian adalah
pembenahan kurikulum.[2]
Mengapa
hal tersebut dapat terjadi? Apakah benar kurikulum memang memiliki dasar dan
landasan yang kuat yang memang disiapkan agar peserta didik, pendidik, orang
tua dan komponen pendidikan lainnya sesuai dengan tujuan pendidikan dan standar
pendidikan. Apa yang mendasari itu semua? Benarkah kurikulum itu dibuat untuk
memperbaiki kurikulum yang lama dengan kurikulum yang baru, yang sering disebut
dengan evaluasi kurikulum? Dimana sistem evaluasi digunakan untuk
menentukan tingkat pencapaian keberhasilan peserta didik dalam bentuk hasil
khusus.
B. Rumusan Masalah
Dari latar
belakang di atas, maka kami mendapat permasalahan yang dapat dirumuskan, antara
lain:
1. Apakah Pengembangan Kurikulum?
2. Bagaimanakah Landasan Pengembangan Kurikulum?
3. Bagaimanakah Pendekatan-Pendekatan Pengembangan
Kurikulum?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengembangan Kurikulum
2. Mengetahui Landasan Pengembangan Kurikulum
3. Mengetahui Pendekatan Pengembangan Kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum
(curriculum development/curriculum
planning/curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.[3]
planning/curriculum design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.[3]
Sukadinata (2000)
mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum adalah penyusunan kurikulum yang sama
sekali baru (curriculum construction),
bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement).
Dalam hal ini,
pengembangan kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah akhirnya.
Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada
unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan, metode dan
material, penilaian dan balikan (feedback).
Tujuan menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan
pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara
keseluruhan. Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material
sekolah guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penilaian, berhubungan dengan
sejauh mana keberhasilan kegiatan yang telah dikembangkan tujuan baru. Balikan
(feedback), merupakan semua
pengalaman yang telah diperoleh dan pada gilirannya menjadi titik tolak bagi
langkah pengembangan. Dari kurikulum 1994, suplemen 1999, KBK dan KTSP. Dan
kurikulum yang sekarang kita pakai adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkatan
Satuan Pendidikan) dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh Guru,
Kepala Sekolah serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.
Pengembangan
kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang
dicapai bukan semata mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih
dititikberatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dari beberapa
pendapat para ahli diatas kami menyimpulkan Pengembangan kurikulum adalah
kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan mempertahankan dan
menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh
hasil yang lebih baik lagi.
Menurut Tyler, landasan kurikulum terdiri dari
landasan filosofis, sosial, budaya dan psikologis. Pendapat tersebut sejalan
dengan yang dikemukakan Murray Print, Perkembangan ilmu dan teknologi,
perkembangan terakhir beliau menambahkan atau melengkapi landasan tersebut
dengan landasan manajemen (organisatoris).[4]
Beberapa
landasannya antara lain:
1. Landasan Pengembangan Secara Filosofis
Landasan filosofis pancasila yang dianut
oleh Negara kita dengan prinsip demokratis, mengandung makna bahwa peserta
didik diberi kebebasan untuk berkembang dan mampu berfikir intelegen
dikehidupan masyarakat, melakukan aktivitas yang dapat memberikan manfaat
terhadap hasil akhir dan menekankan nilai-nilai manusiawi dan kultural dalam
pendidikan.
2. Landasan Pengembangan Secara Psikologis
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses
belajar mengajar. Dengan demikian ada hubungan yang erat antara kurikulum
dengan psikologi belajar dan psikologi anak.
3. Landasan Pengembangan Secara Sosial Budaya.
Masyarakat merupakan suatu faktor yang
begitu penting dalam penggembangan kurikulum sehingga aspek sosiologis
dijadikan salah satu asas. Dalam hal ini pun kita harus menjaga, agar asas ini
jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada
masyarakat atau “ society centered curriculum “. Di Indonesia belum
tertuju kearah itu, tetapi perhatian terhadap perkembangan kebudayaan yang ada
di masyarakat sudah diwujudkan dalam bentuk kurikulum muatan lokal di tiap
daerah. Dengan dijadikannya sosiologis sebagai landasan pengembangan kurikulum,
maka peserta didik nantinya diharapkan mampu bekerja sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.[5]
4. Landasan Pengembangan Kurikulum Dari Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
Dengan IPTEK sebagai landasan, peserta
didik diharapkan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan
kesenian sesuai dengan sistem nilai, kemanusiawian dan budaya bangsa.
5. Landasan Pengembangan Kurikulum Secara Organisatoris
Landasan ini berkenaan dengan bentuk
organisasi bahan pelajaran yang disajikan. Bagaimana bahan pelajaran akan
disajikan. Apakah dalam bentuk bidang studi yang terpisah-pisah, ataukah di
usahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk
broad field atau bidang studi seperti yang dilaksanakan di Indonesia
pada saat ini.
Mengacu kepada landasan
pengembangan kurikulum di atas, maka tujuan kegiatan siswa akan menekankan pada
pengembangan sikap dan perilaku agar berguna dalam suatu kehidupan masyarakat
yang demokratis.
Herman H.Horne, memberikan dasar
atau asas kurikulum dengan tiga macam yaitu:
1. Dasar Psikologis, yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan yang diperoleh dari pelajar dan kebutuhan anak didik (The ability
and needs of children).
2. Dasar Sosiologis, yang digunakan untuk mengetahui
tuntutan yang sah dari masyarakat (The legitimate demans of society).
3. Dasar Filosofis, yang digunakan untuk mengetahui
keadaan alam semesta tempat kita hidup (the kind of univrse in which we
live).
Sedangkan
As Syaibani menetapkan dasar pokok kurikulum pendidikan yaitu dengan
menambahkan unsur religi didalamnya.
C. Pendekatan Pengembangan
Kurikulum
Pendekatan merupakan titik
tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Sehingga bila
dikaitkan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum. Pendekatan,
lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja
dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang
dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil
kerja yang lebih baik. Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja
dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti
langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang
lebih baik.
Dengan melihat cakupan
pengembangan kurikulum, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam
pengembangannya. Pertama, pendekatan top
down atau pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando
dari atas ke bawah, dan kedua adalah pendekatan grassroot, yaitu pengembangan
kurikulum dari bawah ke atas, yang diawali oleh inisiatif dari bawah kemudian
disebarluaskan pada tingkat dan skala yang lebih luas.
1.
Pendekatan
Top Down
Pengembangan kurikulum pada pendekatan ini muncul dari pejabat pendidikan
atau para administrator atau pemegang kebijakan pendidikan seperti dirjen atau
Kepala Kantor Wilayah. Semacam garis komando, pengembangan kurikulum kemudian
diteruskan ke bawah, sehingga pendekatan ini disebut juga line staff model.
Pendekatan ini biasa digunakan Negara yang memiliki sistem pendidikan
sentralisasi.
Prosedur kerja atau proses
pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan.
Anggota tim biasanya terdiri dari pejabat di bawahnya, seperti pengawas
pendidikan, ahli kurikulum dsb. Tim pengarah ini bertugas merumuskan konsep
dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan falsafah pendidikan, dan
tujuan umum pendidikan.
b. Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau
rumusan-rumusan yang telah disusun tim pengarah. Anggota tim ini adalah para
ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan
guru-guru senior yang sudah berpengalaman. Tim ini bertugas merumuskan
tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan umum, memilih dan menyusun
sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat bantu petunjuk
evaluasi, serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum untuk guru.
c. Bila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja,
selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi
catatan atau revisi. Bila perlu kurikulum tersebut akan diujicoba , dievaluasi,
dan disempurnakan.
d. Para asministrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun tersebut.
Dari
langkah-langkah tersebut tampak bahwa inisiaif pengembangan kurikulum berasal
dari pemegang kebijakan pendidikan, sedangkan guru hanya bertugas sebagai
pelaksana kurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kurikulum,
sehingga disebut pendekatan dengan system komando.
2.
Pendekatan
Grass roots
Pada
pendekatan grass roots,inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan
atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada wilayah yang
lebih luas, karena itu pendekatan ini disebut pendekatan dari bawah ke atas. Pendekatan ini lebih banyak
digunakan untuk penyempurnaan kurikulum (curriculum
improvement), walaupun terkadang juga digunakan dalam pengembangan
kurikulum baru (curriculum construction).
Dalam pelaksanaanya terdapat dua syarat yang harus
dipenuhi :
a.
Kurikulum
yang dikembangkan bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap
guru secara terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang
diberlakukan.
b.
Guru
memiliki sikap professional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai, yang
ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam
upaya meningkatkan kinerjanya, selalu menambah pengetahuan dan wawasannya,
untuk menacapai kesempurnaan.
Adapun langkah-langkah untuk
melaksanakan pendekatan ini adalah sebagai berikut :
a.
Menyadari adanya masalah,
karena pendekatan ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum
yang berlaku.
b.
Mengadakan refleksi, yaitu
dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal
hasil penelitian, internet, diskusi, wawancara dsb.
c.
Mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara, dengan memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan
cara penanggulangannya.
d.
Menentukan hipotesis yang
sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.
Penentuan di sini juga disertai dengan kajian terhadap berbagai hambatan yang
akan terjadi sehingga lebih dini untuk dapat diatasi.
e.
Mengimplementasikan perencanaan
dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga masalah yang dihadapi dapat
terpecahkan. Di sini bisa dilakukan dengan diskusi antar teman sejawat.
f.
Membuat dan menyusun
laporanhasil pelaksanaan pengembangan melalui grassroot. Langkah ini penting
dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat
dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain sehingga hasil pengembangan
tersebut semakin tersebar.
Pada pedekatan ini guru
berperan lebih dari sekedar pelaksana kurikulum, bahkan peran guru sebagai
implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum sangat menentukan, sedangkan
administrator tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan, tetapi hanya
sebagai motivator dan fasilitator.
Pendekatan
ini dimungkinkan pada negara dengan system pendidikan yang desentralisasi,
sebab kebijakan pendidikan tidak ditentukan oleh pusat, tetapi ditentukan oleh
daerah bahkan oleh sekolah, karena itu, untuk memperoleh kualitas lulusan
sekolah, dapat terjadi persaingan antar sekolah atau antar daerah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulam
1. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan mempertahankan dan
menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh hasil yang lebih baik
lagi.
2. Landasan Pengembangan Kurikulum adalah Filosofis,
Sosiologis, Psikologis Organisatoris dan ditambah dengan religi
3. Secara umum pendekatan-pendekatan pengembangan dalam kurikulum adalah :
a. Pendekatan Sentralistik
Pendekatan sentralistik adalah pendekatan yang terpusat.
Pendekatan ini memiliki kelebihan adalah mudahnya dicapai consensus, sangat
baik dan memelihara budaya nasional, sangat membantu dalam perlasan kesempatan
belajar, an mudah dalam mengadakan inovasi, sedangkan kekurangan pendekatan
sentralistik adalah kurang mamu beradaptasi dengan kebutuhan lokal (daerah).
b. Pendekatan Desentralistik
Pendekatan desentralistik adalah pendekatan yang disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing. Kelebihan pendekatan ini adalah mudah
diadaptasi dengan kebutuhan dan situasi budaya daerah/lokal, namun memiliki
kelemahan yaitu kesulitan untuk mencapai konsensus dari berbagai keragaman
kebutuhan daerah. Tuntutan utama dari pendekatan desentralistik adalah tuntutan
kemampuan setiap pengembang kurikulum yang harus menyebar dari tingkat pusat,
daerah, sampai pada tinglkat satuan pendidikan di sekolah.
B.
Saran
Dalam sebuah
peribahasa disebutkan “Tiada Gading yang
Tak Retak” dan juga tidak ada satupun yang sempurna didunia ini, karena
kesmpurnaan hanya milik Allah, begitupun makalah ini yang kami yakin masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu saran maupun kritik membangun dari semua
pihak, Khusunya Bapak Drs. H. Supandi, S.Pd, M. Pd untuk berkenan membimbing
kami, karena saran dan kritik yang membangun merupakan embun kesegaran bagi
kami yang tengah haus akan ilmu dan sebagai bekal kami untuk menapaki dunia
pendidikan Agama Islam khususnya
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1989.Pengembangan
Kurikulum di Sekolah.Bandung: Sinar Baru1989.
Ansyar, Muhammad.1989.Dasar
Dasar Perkembangan Kurikulum.Jakarta: P2LPTK
Arifin, M. 1987.Filsafat
Pendidikan Islam.Jakarta: Bina Aksara
Depdikbud.1979.Kurikulum
1978
Hamalik,
Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Muhaimin. 2010. Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Muhaimin.2006.Nuansa
Baru Pendidikan Islam, Mengrai Benang Kusut Dunia Pendidikan. Jakarta: PT
Raja Gratindo Persada
Nasution, S.1990.Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars
Nasution.1993.Pengembangan
Kurikulum.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum
dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Jakarta: Kencana
[1]
Depdikbud.Kurikulum
1978.1979.hlm 37
[2]
Kompas:
Selasa, 1 Mei 2001
[3]
Subandijah.
Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.(Jakarta: Grafindo,1986) hlm.37
[4]
Abdul
Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep
dan Implementasi kurikulum 2004.hlm 56-63
[5]
Abdul
Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep
dan Implementasi kurikulum 2004.hlm 56-63
1 komentar:
like it :)
Posting Komentar