Minggu, 09 Desember 2012 |
1 komentar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Optimalisasi
pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan sehingga pelayanan binbingan
dan konseling benar-benar memberikan kontribusi pada penetapan visi, misi, dan
tujuan sekolah dan madrasah yang bersangkutan. Kegiatan ini disukung oleh
manajemen pelayanan yang baik pula guna tercapainya peningkatan mutu pelayanan
bimbingan dan konseling. Makalah ini membahas manajemen pelayanan dan bimbingan
konseling di sekolah dan madrasah. Semoga makalah ini dapat membantu kita untuk
memahami bagaimana manajemen pelayanan bimbingan di sekolah dan di madrasah.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa makna
dari manajemen pelayanan bimbingan dan konseling ?
2.
Apa saja
prinsip-prinsip manajemen pelayanan bimbingan dan konseling ?
3.
Bagaimana
pola manajemen pelayanan bimbingan dan konseling ?
4.
Apa saja
kegiatan yang dilakukan oleh coordinator pelayanan bimbingan dan konseling ?
5.
Bagaimana
implementasi aspek-aspek manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam pelayanan
bimbingan dan konseling ?
C. Tujuan makalah
Makalah
ini dibuat oleh pemakalah adalah untuk memenuhi tugas Dosen Mata Kuliah Bimbingan
dan Konseling semester IV Universitas Islam Lamongan (UNISLA) oleh Bapak Masyhur,
M.Ag dan untuk mengetahui :
1.
Makna
manajemen pelayanan bimbingan dan konseling.
2.
Prinsip-prinsip
manajemen pelayanan bimbingan dan konseling
3.
Pola
manajemen pelayanan bimbingan dan konseling.
4.
Koordinator
pelayanan bimbingan dan konseling.
5.
Implementasi
aspek-aspek manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam pelayanan bimbingan dan
konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Manajemen Pelayanan dan Bimbingan Konseling
Pengertian bimbingan dan konseling adalah proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada individu
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya agar
individu memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan
masalah-masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau bisa juga
pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor
kepada individu melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara
keduanya untuk mengungkap masalah individu sehingga individu mampu melihat
masalahnya sendiri.
Dalam konteks pelayanan bimbingan dan
konseling (BK), manajemen dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan aktifitas-aktifitas pelayanan bimbingan dan
konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pelayanan BK mengupayakan agar tercapainya efektivitas dan
efisiensi serta tercapainya tujuan. Oleh karena itu, manajemen diperlukan dalam
pelayanan bimbingan dan konseling dengan tiga alasan, yaitu:
1.
Untuk
mencapai tujuan.
2.
Untuk
menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan (jika
ada).
3.
Untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi.
B. Prinsip-prinsip Manajemen Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Secara umum prinsip-prinsip manajemen pelayanan BK meliputi
perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penyusunan
personalia (staffing), pengarahan dan
kepempinan (leading), dan pengawasan
(controlling).
1. Perencanaan
(planning)
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai suatu proses kegiatan,
membutuhkan perencanaan yang matang dan sistematis dari mulai penyusunan
program hingga pelaksanaannya. Agar pelayanan bimbingan dan konseling
memperoleh hasil sesuai tujuan yang telah dirumuskan, maka kegiatan ini penting
dilakukan dan diperlukan mengenai :
a)
Ketersediaan
guru BK yang berlatar belakang pendidikan BK.
b)
Tersedianya
program BK, sarana dan prasarana, serta instrument-instrumen yang lengkap dan
memadai berdasarkan pedoman pelaksanaan dan prinsip-prinsip BK.
c)
Kesamaan
sikap dan pandangan seluruh stakeholder pendidikan tentang arti pentingnya BK
bagi peserta didik untuk mengenal dan mengantarkan jati dirinya.
2. Pengorganisasian
(organizing)
Berkenaan dengan pelayanan bimbingan tersebut dikelola dan
diorganisir. Sistem pengorganisasi pelayanan bimbingan dan konseling bisa
diketahui dari struktur organisasi sekolah tersebut. Organisasinya terdiri atas
koordinator, anggota, dan staf administrasi.
Organisasi pelayanan bimbingan meliputi
segenap unsur dengan organisasi berikut:
3.
Penyusunan personalia (staffing)
Bagaimana para personalia ditetapkan, disusun, dan diadakan
pembagian tugas (job description), agar dalam pelaksanaannya menjadi efektif
dan efisien sehingga tujuan dapat dicapai dengan baik.
4. Pengarahan
dan kepempinan (leading)
Berkenaan dengan mengarahkan dan memimpin para personalia sehingga
bekerja sesuai dengan job atau bidang tugasnya masing-masing, agar aktivitas
pelayanan menjadi terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
5. Pengawasan
(controlling).
Berkenaan dengan melakukan pengawasan dan
penilaian terhadap kegiatan mulai dari penyusunan rencana program hingga
pelaksanaannya, agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaannya.
C. Pola Manejemen Pelayanan
Bimbingan dan Konseling
Yang dimaksud pola manajemen pelayanan BK adalah kerangka hubungan
structural antara berbagai bidang atau sebagai kedudukan dalam pelayanan BK di
sekolah dan madrasah kerangka hubungan tersebut digambar dalam suatu struktur
organisasi pelayanan BK.
Sesuai dengan pola yang dianut oleh masing-masing sekolah, maka pola
manajemen BK ini terbagi menjadi dua bagian, yakni pola professional dan pola
non professional. Yang dimaksud pola professional disini adalah guru pembimbing
di sekolah dan madrasah yang bersangkutan direkrut di alumni BK baik strata
satu (S1), strata dua (S2), dan strata tiga (S3). Sedangkan yang dimaksud pola
non professional adalah guru pembimbing direkrut bukan dari alumni BK. Pola non
professional biasanya menetapkan kepala sekolah atau kepala madrasah, guru mata
pelajaran tertentu, atau wali kelas sebagai petugas bimbingan.
Dari keterangan tersebut, maka pola manajemen/ struktur organisasi
layanan BK di sekolah/madrasah yang menganut pola professional akan berbeda
dengan struktur organisasi sekolah yang menganut pola non professional. Dan
sesungguhnya tidak ada pola-pola manajemen yang baku dalam pelayanan BK.
Sekolah dan madrasah bisa menemukan sendiri pola-pola manajemen pelayanan BK
sesuai kebutuhan sekolah dan madrasah.
Pada pola manajemen atau struktur organisasi pelayanan BK di atas,
ditunjuk coordinator pelayanan BK dan coordinator menetapkan tenaga-tenaga
bimbingan (staf bimbingan) yang lain dan tenaga penunjang. Coordinator
bertanggung jawab atas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah atau
madrasah yang bersangkutan.
Pada pola manajemen atau struktur organisasi pelayanan BK diatas,
kepala sekolah atau madrasah tidak bertugas sebagai pembimbing utama. Namun
pola di atas juga menunjukkan bahwa sekolah atau madrasah yang bersangkutan
belum atau tidak memiliki petugas atau tenaga bimbingan khusus, karena
pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah urusan
kesiswaan dan para wali kelas. Dengan pola di atas, wakil kepala sekolah urusan
kesiswaan dan para wali kelas memiliki tugas rangkap.
D. Koordinator Pelayanan
Bimbingan dan Konseling
Sebagai penanggung jawab utama pelayanan bimbingan dan konseling,
coordinator memegang administrasi bimbingan yaitu mengatur kerjasama
tenaga-tenaga bimbingan dan mengarahkan semua aktifitas atau kegiatan bimbingan
dan konseling di sekolah dan madrasah yang bersangkutan.
Seorang koordinator harus memenuhi tuntunan pendidikan akademik dan
harus mampu menciptakan jaringan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait
dengan pelayanan bimbingan. Selain itu, coordinator harus menunjukkan sikap
menghargai, menghormati, profesionalitas dan memberikan kebebasan anggotanya
dalam berkomunikasi.
Coordinator juga berarti mengadministrasi dan membagi tugas para
anggota stafnya sesuai dengan jabatannya masing-masing dan mengikuti,
ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah/madrasah yang bersangkutan.
Khususnya menyangkut pengangkatan,pemberhentian, pengajian, kenaikan pangkat,
dan sebaginya.
Selain itu, koordinator mengatur hubungan
kerjasama diantara para tenaga bimbingan dengan tenaga pembantu administratif
atau tata usaha. Dalam mengadministrasikan, sebaiknya membedakan antara
kegiatan-kegiatan berikut:
1.
Kegiatan
profesional intern di antara anggota staf dan bimbingan.
2.
Kegiatan
membina hubungan dengan masyarakat, instansi pendidikan lain, atau tenaga
penunjang di luar sekolah yang bersangkutan.
3.
Kegiatan
yang berupa penulisan laporan yang harus dikerjakan oleh masing-masing tenaga
bimbingan.
4.
Kegiatan
yang dilakukan oleh tenaga pembantu administrative.
5.
Kegiatan profesional ekstern yang berupa implementasi
dari pelayanan bimbingan yang diberikan kepada orang lain.
E. Implementasi Aspek-aspek MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah) dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling
1. Makna
dan Tujuan MBS
Manajemen berbasis sekolah adalah strategi untuk mewujudkan
sekolah/madrasah yang efektif, efisien dan produktif. MBS merupakan paradigma
baru dalam manajemen pendidikan yang memberikan otonomi luas pada
sekolah/madrasah dan melibatkan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Tohirin
disebutkan bahwa MBS adalah penataan system pendidikan yang memberikan
keleluasaan kepada warga sekolah untuk memanfaatkan semua fasilitas dan media
yang tersedia untuk menyelenggarakan pendidikan bagi siswa, dan mampu
mempertanggung-jawabkannya secara penuh.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa MBS merupakan
model manajemen yang memberikan otonomi lebih luas kepada sekolah termasuk
madrasah, serta mendorong sekolah dan madrasah meningkatkan partisipasi warga
sekolah/madrasah dan masyarakat untuk mencapai tujuan sekolah dan madrasah
dalam kerangka pendidikan nasional.
MBS dengan konsepsi diatas, menurut Depdiknas bertujuan antara lain
untuk: Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian,
fleksibilitas, partisipasi, keterbukaan, kerja sama, akuntabilitas, inisiatif
sekolah (madrasah) dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia.
a)
Meningkatkan
kepedulian warga sekolah (madrasah) bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan, duduk bersama untuk pengambilan keputusan.
(c) Meningkatkan tanggung jawab sekolah (madrasah) kepada stakeholders terutama kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah
tentang mutu sekolah.
2. Implementasi
Aspek-aspek MBS
Penyusunan program bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya tidak
mungkin bisa dilakukan sendiri oleh kepala sekolah atau oleh petugas bimbingan
sekolah, maka program tersebut akan melibatkan berbagai pihak yang terkait di
sekolah (stakeholders) agar dapat mencapai peningkatan mutu pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah kami, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Dalam
konteks pelayanan bimbingan dan konseling (BK), manajemen dapat berarti proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan aktifitas-aktifitas
pelayanan bimbingan dan konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.
Secara
umum prinsip-prinsip manajemen pelayanan BK meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepempinan (leading), dan pengawasan (controlling).
3.
Pola
manajemen BK ini terbagi menjadi dua bagian, yakni pola professional dan pola
non professional.
4.
Sebagai
penanggung jawab utama pelayanan bimbingan dan konseling, coordinator memegang
administrasi bimbingan yaitu mengatur kerjasama tenaga-tenaga bimbingan dan
mengarahkan semua aktifitas atau kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
dan madrasah yang bersangkutan.
5.
Manajemen
berbasis sekolah adalah strategi untuk mewujudkan sekolah/madrasah yang
efektif, efisien dan produktif. MBS merupakan paradigma baru dalam manajemen
pendidikan yang memberikan otonomi luas pada sekolah/madrasah dan melibatkan
masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
B.
Kritik dan Saran
Dalam sebuah peribahasa
disebutkan “Tiada Gading yang Tak Retak”
dan juga tidak ada satupun yang sempurna didunia ini, karena kesempurnaan hanya
milik Allah, begitupun makalah ini yang kami yakin masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu saran maupun kritik membangun dari semua pihak,
Khusunya Bapak Dosen Masyhur, M.Ag untuk berkenan membimbing kami, karena saran
dan kritik yang membangun merupakan embun kesegaran bagi kami yang tengah haus
akan ilmu dan sebagai bekal kami untuk menapaki dunia pendidikan khusunya
dibidang Bimbingan dan Konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Ara dan Imam Machali. Pengelolaan
Pendidikan. Pustaka Educa. Bandung. 2010.
http://misbakhudinmunir.wordpress.com/2010/07/31/program-pengembangan-dan-pengawasan-bk/ jum’at, 10 desember 2010. jam 10.00 WIB
http://www.scribd.com/doc/34987024/Manajemen-Pelayanan-Bimbingan-Dan-Konseling-Di-Sekolah-Dan-Madrasah jum’at, 10 desember 2010. jam 10.08 WIB.
Matry,
Nurdin. Implementasi Dasar-dasar
Manajemen Sekolah dalam Era Otonomi Daera. Aksara Madani. Makasar. 2008.
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah Berbasis Integrasi. PT Raja Gravindo Persana. Jakarta. 2007.
1 komentar:
Harrah's Cherokee Casino Resort - MapYRO
Get directions, 김제 출장안마 reviews and information for 문경 출장안마 Harrah's Cherokee Casino Resort in Cherokee, NC. Nearby 경상북도 출장안마 Locations · Top Restaurants · 서귀포 출장안마 Harrah's Cherokee 이천 출장샵 Casino Resort
Posting Komentar